« Home | Menulis Matahari » | Menyala Api » | Bulan Gendut » | Malam Beludru » | Omega » | Api dan Candu » | Perempuan yang Kehilangan Hidungnya » | Mata Itu » | Ruang » | Tuhan, Cari Aku »

Senja di Jakarta

: M. F

aku telah mencerita burungburung yang bertransmigrasi, panggungpanggung yang retak karena patahan dan musimmusim yang harmoni berganti seperti tangga nada
tak beraturan. semuanya tampak jingga seperti senja di Jakarta

lalu mengapa tiada pernah terpikirkan oleh kita mengapa burung berkicau? mengapa tidak kita tanyakan pada mereka tentang topengtopeng yang meraka kenakan? dan mengapa tak terlintas pada benak kita tentang bungabunga dan kupu yang kadung layu dan menjadi kepompong luculucu?

lalu kau jawab:
sayangku, aku tahu kau gadis yang tumbuh tanpa keperawanan. tapi malam selalu membawamu pada telaga di mana di atasnya bulan sebesar lampion cina bergelayut manja seperti bandul waktu. dan kau hanyut pada sebuah sampan tak berdayung. kau terjaga dari mimpimimpi tidak sempurna, dari tatapan batara kala

dan kau jawab:
sayangku, kopikanlah mimpimu dan bawa padaku. biar kupelajari lembar per lembar, halaman per halaman. kata per kata bahkan tanda titik dan komanya. biar kutata asa dan nestapamu yang membuatmu tua dan keriput. biar kueja ia, kuhitung setiap kesalahan dan kebenarannya seperti dulu aku menghitung tiap helai rambutmu yang rontok satu per satu. agar lunas segala dahagamu dan utang darah keperawanan yang tak terbayar ampunan tuhan

kau pun menjawab:
sayangku, senja di Jakarta adalah buram sebab warnanya kusut dan perjalanannya tak terlabuhkan. lihatlah lenteralentera kota agung itu! pada pelabuhan dan sekitar
asap, kabut, gas, limbah, udara cemar dan laut kehilangan biru. apakah kau pernah tanyakan; ke mana perginya biru? pada burungburung yang bertransmigrasi? pada panggungpanggung yang retak? pada musimmusim harmoni tak beraturan?

lalu kau pun menghiburku:
maka tidurlah di atas pahaku, atau perutku atau dadaku. labuhkanlah cemar resah yang mengukir ketuaanmu. tak kupaksakan jiwamu mendua menjadi seperti apa yang kau pikirkan meski kau berada dalam pelukku. aku tahu. ya, aku tahu. seperti halnya gadis perawan, kau pun memikirkan; apakah ada seorang pemuda sejati tengah memikirkanmu?

dan di manakah senja ketika laut tak lagi biru saat biasnya terpantul retina mata? ya, aku tahu. aku sudah tahu. tak ada senja di Jakarta bagi gadis tidak perawan. tak ada senja di manamana

Gading menjelang fajar, 30 Juli 2006